Madep Mantep

Wayang tidak bisa apa-apa, mereka bergerak karena digerakkan dalang. Apakah kalau wayang jungkir balik berarti dalangnya jungkir balik ? Tidak juga. 

Ketika pertunjukan selesai, pandawa (yang berkarakter baik) dan kurawa (yang berkarakter jahat) oleh dalang dimasukkan ke dalam kotak yang sama. Wayang tidak pernah meminta imbalan / ganjaran kepada dalangnya atas apa yang (kelihatannya) mereka kerjakan.

Manusia bisa beraktifitas (baik atau buruk) juga karena digerakkan dengan pemicu berupa keinginan dalam hati. Terus, siapa yang memicu manusia untuk punya keinginan, punya kehendak (jw : krenteg)? Tentunya sang Pencipta.

Aktifitas tidak berimbas apapun pada apa yang akan terjadi. Aktifitas yang sedang dilakukan manusia merupakan pemberian dan  apa yang akan terjadi juga pemberian.

Oleh karena itu, tidak ada gunanya berhenti mengandalkan aktifitas, tapi tetaplah berharap kepada pemberi aktifitas.

Apapun yang telah terjadi, apapun yang sedang terjadi, dan apapun yang akan terjadi  manusia tetap harus "Madep, Mantep" kepada Gustialah. Terus berharap kepadaNya.

Ketika masih mengandalkan aktifitas, berarti masih berharap pada aktifitas. Ketika masih berharap pada aktifitas, berarti tidak berharap pada pemberi aktifitas.

Misalkan petani, ketika mereka memupuk tanaman, jangan berharap pada pupuknya atau tanamannya. Tapi tetap "madep, mantep" kepada gustialah, tetap berharap padaNya apapun hasil dari tanamannya nanti berdoa berharap semoga berkah.

Misalkan dokter atau pasien, harus berharap dan mengandalkan sang pemberi kesehatan. Bukan pada obat atau aktifitas dokternya.

Misalkan pemabuk, jangan sampai hilang harapan pada sang pencipta, tidak berhenti pada aktifitas mabuknya kemudian putus asa dari rahmatNya. Jangan lupa bahwa Sang pencipta maha pemaaf bila mau bertobat dengan sungguh-sungguh.

Terus dan terus "madep, mantep" padaNya kapanpun dan dimanapun, karena apapun aktifitas kita tidak mempengaruhi keputusanNya. Dia maha kuasa, Maha sesukanya (jw : moho sakarepe dewe). Untuk apa bangga bahkan sombong atas aktifitas yang baik? Untuk apa putus asa dari rahmatNya atas aktifitas yang buruk?

Ketika manusia bisa beraktifitas sembahyang itu merupakan pemberianNya yang harus disukuri. Jangan mengandalkan aktifitasnya terus meminta imbalan surga, apalagi kalau tujuannya hanya supaya kaya atau supaya ampuh. Apa pantas meminta imbalan dari pemberianNya?

Berbuat baik maka kembalikan padaNya.

Berbuat buruk maka bertobatlah.

Keadaan susah maka bersabarlah.

Keadaan lapang maka bersukurlah.