Ngerti Awake Dewe

Di dalam "madep mantep" dikabarkan bahwa apa yang akan terjadi merupakan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sudah kita lakukan.
Aktifitas bekerja merupakan pemberian, dan efek dari aktifitas merupakan pemberian yang lain.

Siapa saja yang ditugaskan untuk bekerja namun berkeinginan untuk tidak bekerja  itu merupakan tipuan yang halus. Sebaliknya, siapa saja yang ditugaskan diam (tidak bekerja) namun berkeinginan untuk bekerja maka dia menurunkan derajatnya sendiri.

Dari sini kita harus berhati-hati akan fikiran kita. Banyak yang membuat keputusan sendiri, seperti : kalau begitu saya tidak usah bekerja; nanti kalau sudah saatnya kaya kan kaya sendiri, kalau sudah saatnya punya rumah kan datang sendiri, kalau sudah saatnya punya uang untuk biaya anak istri kan datang sendiri.

Sebaiknya fikiran yang melintas dicurigai dulu jangan-jangan itu merupakan dorongan hawa nafsu yang maunya enak saja.

Karena lintasan fikiran seperti itu awalnya sangat lembut, sehingga banyak yang tidak menyadarinya.
Untuk itu, mengetahui diri sendiri sangatlah penting. Sebenarnya kita ditempatkan dimana ? Sedang dalam posisi yang harus bekerja, atau dalam posisi tidak bekerja.

Kalau diposisikan harus bekerja maka harus beraktifitas dengan tetap berharap kepada sang pemberi aktifitas (tuhan), bukan kepada aktifitasnya. Gambarannya seperti ini : bila tidak memegang uang masih merasa tidak tenang maka bekerjalah, bila kebutuhan hidup masih bergantung pada orang lain (saudara / orang tua adalah orang lain) maka bekerjalah, bila masih berharap pemberian  dari orang lain maka bekerjalah.

Kalau diposisikan tidak harus bekerja, maka lakukan aktifitas lain yang bermanfaat selain bekerja. Gambarannya seperti ini : sudah melakukan usaha kerja apapun namun gagal terus, rugi terus, dan ketika tidak memegang uang hati tetap tenang, ketika lapar juga tetap tenang, keluarga yg menjadi tanggungannya ihlas dengan keadaannya tidak bekerja, maka berhentilah bekerja. Kalau posisi menjadi tamu, maka diam saja biarkan kita dilayani, jangan terus ambil sendiri makanan di dapur, ini jelas menurunkan derajat kita.

Disini dituntut kejujuran pada diri sendiri, mengerti diri sendiri, sebenarnya kita diposisikan dimana? Perlu hati-hati lagi, jangan sampai terjebak. Banyak yang tertipu,   pinginnya nyari enak, kemudian memposisikan diri pada posisi tidak harus bekerja, padahal keluarganya membutuhkan biaya-biaya darinya. Ada juga yang sudah diposisikan tidak bekerja, tetap ingin bekerja karena ingin punya banyak uang dengan membayangkan kalau kaya nanti bisa bersedekah yang banyak.

Madep mantep dengan mengerti posisi diri kita ( Ngerti Awake Dewe ). Jangan sampai sang pencipta memposisikan A, kita pingin B atau sebaliknya.

Cara paling mudah untuk menghindari jebakan nafsu kita sendiri adalah bila kita mempunya seorang guru sejati ('guru waskito'), yang mana dia selalu membimbing kita untuk tidak mengikuti hawa nafsu. Dan guru seperti ini harus satu orang saja. Karena tidak mungkin dalam menempuh perjalanan kendaraan kita disopiri oleh dua sopir atau lebih, karena untuk mencapai tujuan yang sama sering kali guru-guru sejati dalam membimbing melewati jalan yang berbeda-beda.